Tombol Ajaib Menuju Seminar
Awalnya ga mau ikutan karena ya gitu ga faham apa itu bioteknologi. Juga lihat dari pengumuman ada kata “us embassy” yang saya pikir-pikir pastinya seminarnya bau-bau bahasa inggris, sedangkan dalan bahasa inggris angka nol saja menjauh. Dan itu benar-benar terjadi saat moderatornya mulai berkata hingga mebuat diri masa bodoh dengan seminar itu. Eesst sebelum langsung cerita di lokasi, saya akan bercerita tentang perjalanan dulu. Dari yang kesal karena tak tempat janji sampai masuk ke jalan buntu. ?
Rabu, 18 september 2019 kuawali pagi dengan langkah pasti walau bumi masih terselimuti kabut, mentari belum terbuka penuh, dan hawa dingin musim kemarau masih setia menemani. Kuhidupkan motor dan membawanya berkeliling mencari tempat kost teman yang katanya mau barengan ke seminar. Sampai deh di kuburan dekat kosnya. Kucari bengkel yang sebelahan toko bangunan dan katanya kosnya itu rumah dengan gerbang hitam pertama. Maklum saya tidak tahu kosannya. Sekian lama mencari sampai juga di rumah yang mungkin adalah kosannya. Saya mulai mengabarinya dengan sms dan menelepon tapi tiada balasan hingga waktu mulai pukul 06.55 WIB. Karena kesal, saya memutuskan pergi sendiri walau tidak tahu dimana lokasi seminarnya dan berpesan padanya “mas, sampean budal dewe ya“.
Perjalanan pun dimulai dengan hati yang agak kesal sekaligus bingung dengan tempat seminarnya. Dengan bermodalkan nekad, smartphone dan kuotanya, kususuri jalanan dengan sesekali berhenti melihat peta apakah sudah tepatkah jalan yang dilalui. Benar saja, beberapa jalan yang seharusnya berbelok terlewat, gang-gang kecil kuterabas hingga bertemu jalan buntu.?
Matahari mulai terik diiringi kekesalan hati yang bertambah sangat dan saya belum sampai juga di lokasi sedangkan waktu sudah menunjuk 08.10 WIB. Kususuri terus jalanan dan sesekali bertanya hingga dapat dilihat beberapa gedung dengan tembok besar dan tinggi. Disitu saya bertanya pada seseorang. Muda, ramah, rapi, berkacamata, dan dilihat dari penampilan seperti sekarang mahasiswa. “Mas, mau tanya. Apa benar ini UMM?”. Dia menjawab “iya mas. Benar”. Lalu saya bertanya lagi “kalau mau masuk lewat mana ya. Tapi saya lihat di gps tapi gerbangnya ditutup!”. Dia menjawab “oh, sampean lurus saja nanti ada pertigaan yang ada kuburan itu lurus”. “Ohhh! Terimakasih mas. Faham” jawab saya. “Ok ok” jawabnnya sambil tersenyum kecil.
Perjalanan saya lanjutkan hingga terlihat banyak orang masuk gerbang kecil menurun serta berbelok dan saya berpikir mungkin ini adalah gerbang yang dikatakan orang tadi. Benar saja, setelah masuk terlihat banyak deretan motor, mahasiswa yang berjalan sambil memegang buku, dan motor patroli keamanan yang diparkir dipinggir jalan. Saya terus berjalan dan menoleh kekanan-kiri mencari keberadaan security dan menemukannya didepan salah dari gedung yang saya tak tahu namanya. Disitu saya bertanya tentang tempat pelaksanaan seminar bioteknologi. Karena saya tidak bisa menyebutkan nama gedungnya (sebelum lihat pesan WA) sekaligus satpam tersebut tidak mengetahuai akan adanya seminar maka saya dianjurkan untuk pergi ke gedung aula bersama atau GAB (kalau tidak salah) yang ada di utara satpam dan berada di lantai 5.
Kelegaan setelah menemukan universitas kembali sirna. Bagaimana tidak? Naik lift? Oh tidak! Saya tidak tahu pencet-pencet tombolnya. Pernah sih sekali naik lift tapi yang mencet tombolnya adalah teman. SAYA TIDAK TAHU. Untunglah ditengah perjalanan saya dapat pesan tentang tempat seminarnya ada di aula BAU. Dan selang beberapa menit saya sampai dan dalam hati bergumam “alhamdulillah sudah sampai dan tak jadi naik tangga (derita orang gaptek)”.
Saya sampai di aula BAU sekitar pukul 08.45 WIB dan acaranya masih belum dimulai. Lega sih karena acara belum mulai tapi sekaligus bertanya “bukankah dari pemberitahuan bahwa acara dimulai pukul 08.30 WIB? Dan seharusnya saya terlambat! Ah sudahlah mungkin ini adalah cara orang yang memang berpengalaman dengan keterlambatan”. Sekian lama menanti dan acara tak kunjung dimulai. Deretan kursi depan yang biasanya diisi pada narasumber, moderator, dan tamu undangan pun masih kosong. “Hello! Ini jadikah seminarnya?” hatiku berbicara.
Kejenuhanpun melanda. Kubuka hp dan mulai asyik dengannya karena deretan puisi sang pujangga hingga terdengar keramaian dengan satu orang bule disana. Dan tak lama kemudian seorang yang entah siapa memulai sambutannya dengan bahasa inggris. Bahasa yang tak kumengerti. Hah ini sungguh membosankan.
Hp mulai kubuka lagi. Kuteruskan bacaan yang tempat terjeda tadi. Kulewatkan sambutan-sambutan yang salah satunya dari bule tadi. Dia namanya mr. Garret mcdonald perwakilan dari US EMBASSY yang berkantor di Jakarta. Pada sambutannya saya sedikit mendengarkan karena dia mengawali dengan bahasa Indonesia. Agak lucu sih dengan pelafalannya tapi bisa dimaklumi secara dia bukan asli Indonesia. Setelah sambutan-sambutan itu mulailah acara inti. Seminar bioteknologi yang alhamdulillah pada narasumbernya menggunakan bahasa Indonesia. Oh iya, seminar ini ada dua sesi. Pertama seminar bioteknologi dan kedua seperti penjelasan studi di Amerika dan penegenala buah-buahan. Dan saya hanya akan menceritakan tentang seminar bioteknologi saja tidak yang lain.
Seminar bioteknologi. Seminar dipimpin oleh moderator dari kampus ITB (saya lupa namanya) dan dua narasumber yaitu bapak Bambang Sugiharto dari UNEJ dan bapak Aris Winaya dari UMM. Bapak Bambang menjalaskan tentang bioteknologi pada tumbuhan dan lebih mengedepankan sisi manfaat ekonomi yang dapat diambil. Sedangkan bapak Aris menjalaskan bioteknologi pada hewan dan lebih mementingkan bagaimana mempertahankan gen-gen lokal yang telah ada agar tidak punah walau pun dia menyadari jikalau pengembangan bioteknologi juga harus memenuhi aspek ekonomi. Kedua narasumber itu juga menjalaskan bahwa dalam perkembangan bioteknologi juga harus mementingkan kesehatan, kehalalan (karena kita tanggal di masyarakat mayoritas islam), hasil yang setara, dan tidak mengubah bentuk alamiah dari produk tersebut. Mereka juga menekankan jangan takut terhadap produk hasil bioteknologi karena sebelum dipasarkan produknya telah mengalami uji keamanan apakah baik bila dikonsumsi manusia. Seminar selesai kurang lebih pukul 12.30 WIB dan pulang yeeee!!!
Pulang. Jalan pulang juga sama. Tidak tahu. Ku ikuti google maps tapi jalurnya ditutup. Kucari jalan baru dan hanya berputar-putar saja. Dua kali keluar masuk kampus. Mungkin ini efek sengat panas matahari pembuat dehidrasi hingga tak bisa berpikir. Baterai hp mulai menipis. Bingung. Tak tahu arah. Kuputuskan mencari masjid terdekat. Sholat, istirahat, dan mulai berangkat hingga kutemui gedung yang tidak asing yaitu UNISMA dan RAMAYANA. Aku berkata dalan hati “alhamdulillah, segala puji bagi-MU sang maha pemberi petunjuk”. Kumatikan hp, ku mulai mengegas sepeda. Dan sampailah dirumah dengan selamat dan kaki yang pegel, mata ngantuk dan perut dengan tangis kecilnya.?
Dari perjalanan ini, saya mendapat banyak pelajaran mulai dari kesabaran, keberanian, jangan terlalu bergantung pada teknologi, dan sesuatu yang tidak bisa saya jabarkan. (nsh)